Wisuda Pesantren Tinggi Al-Islam, DR. Zain An Najah Bicara Ahlu Sunnah Wal Jama’ah



Pesantren tinggi Al-Islam pada Ahad (31/07) melaksanakan agenda tahunan, wisuda bagi para mahasiswa kelas akhir. Tahun ini, pesantren tinggi yang beralamatkan di Jl. Kampung Sawah, No 39 A, Pondok Gede itu meluluskan 16 mahasiswa. Setelah selesai menimba ilmu di Al-Islam, para mahasiswa diharuskan mengabdi untuk dakwah selama setahun di berbagai daerah.

Direktur pesantren, Ust. DR. Zain An Najah mengatakan bahwa agenda dari pondok bukan hanya menyebar seluruh alumni ke daerah-daerah tapi juga membentuk masyarakat Islami. Hal ini dilakukan untuk menangkal gerakan-gerakan pemurtadan.

“Selain kita mengirim dai-dai ke desa desa dan kota-kota, yaitu kita ada agenda untuk membuat masyarakat muslim. Dulu Kampung Sawah ini pusat kristenisasi dan pemurtadan, tapi dengan para alumni yang tinggal di sekitar Kampung Sawah, itu bisa mengurangi gerakan pemurtadan. Dengan cara kita hidup di sini. Sehingga menjadi kampung Islam,” katanya saat mengisi khutbah wada’.

Doktor alumni Al-Azhar itu memberi hadiah setiap wisudawan sebuah buku berjudul ‘Mengenal Ahlu Sunnah Wal Jamaah’. Buku ini sengaja dipilih supaya mahasiswa memiliki bekal dalam mengenali kelompok yang benar tersebut di kehidupan masyarakat.

“Maka hari ini kita membekali dengan ‘Mengenal Ahlu Sunnah Wal Jamaah’ karena ahlu Sunnah wal jamaah menjadi pembicaraan hangat di kalangan para aktifis. Sekarang setiap kelompok mengatakan ahlu Sunnah wal jamaah,” tambahnya.

Maka, dalam kesempata itu, Ustad yang juga menjabat anggota Komisi Fatwa MUI PUsat ini menerangkan beberapa prinsip aqidah ahlu Sunnah, di antaranya adalah meyakini rukun Islam yang lima dan rukun iman yang enam. Prinsip yang kedua iman itu, mencangkup percaya, hati dan perbuatan. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

“Prinsip ketiga, tidak mengkafirkan sesama muslim, yang suka mengkafirkan itu khowarij. Keempat beriman kepada janji dan ancaman Allah. Kelima menghormati sahabat dan ahlul bait. Keenam membenarkan karomah wali Allah. Kemudian beriman kepada qodho’ dan qodar. Kesembilan menjadikan Al Quran dan Sunnah sebagai hukum dan menerimanya,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia menghimbau kepada ummat Islam untuk tidak berguru pada satu ulama saja, atau ulama yang hanya dari kelompoknya saja. Sebab, yang disebut dengan jamaah itu adalah menyeluruh.

“Jadi jangan sampai kita itu mengelompok, maunya sama ulama dia saja, itu bukan jamaah, itu firqoh. Berjamaah itu semuanya. Merangkul semua kalangan baik dari ormas-ormas lain, dari jamaah-jamaah lain jadi satu. Ahlusunnah kok nggak mau dengan yang lain, dengan kelompok yang lain, itu bukan sifat ahlusunnah wal jamaah. Maka, jika umat Islam ini bersatu pasti akan menang,” tukasnya.(mz/kiblat/beritaislam.net)

Artikel ISLAM-ID Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

ISLAM-ID

Berita Islam Indonesia Inspiratif & Educatif

Scroll to top