Bagaimana prosesi penggantian itu? Lihat video seperti dilansir Haramain.Info.
Ongkos pembuatan kain penutup bangunan utama di Masjidil Haram, ini, tidak sedikit, lebih Rp 60 miliar.
Kain yang lembut ini terbuat dari sutra murni. Kaligrafi atau tulisan ayat-ayat Al Qu’ran pada Kiswah pun terbuat dari sulaman emas murni.
Sejarahnya (berbagai sumber), Ka’bah sudah diberi Kiswah sejak zaman Nabi Ismail AS. Meski kala itu belum diketahui jika ada catatan bagaimana bentuk, warna maupun desainnya.
Pada era Raja Himyar Asad Abu Bakr dari Yaman, Ka’bah dibalut kain tenunan.
Tradisi ini berlanjut pada era siapa pun penguasa atau raja yang menguasai wilayah Ka’bah.
Pada masa leluhur Rasulullah, Qusay bin Kilab, pemasangan kiswah pada Ka’bah menjadi tanggung jawab masyarakat suku Quraisy.
Rasulullah pernah memerintahkan pembuatan Kisah dari kain Yaman, sedangkan Khulafaur Rasyidin, Kiswah dibuat dari benang kapas.
Selanjutnya pada dinasti Abbasiyah, Khalifah ke-4 al-Mahdi memerintahkan kiswah dibuat dari kain sutera Khuz yang didatangkan dari Mesir dan Yaman.
Pada masa kekuasaan Muawiyah I, Kiswah diganti dua kali setiap tahunnya, dan tradisi ini diakhiri oleh Al-Nasir dari Abbasiah yang mengganti Kiswah setiap satu tahun sekali.
Tidak ada ketentuan Kiswah harus berwarna hitam sebagaimana yang berlaku saat ini. Kiswah dari kain tenunan Yaman berwarna merah, lalu pada masa Khalifah Mamun ar-Rasyid, Kiswah berwarna putih.
Saat Khalifah An-Nasir, Kiswah berwarna hijau. Warna kuning juga pernah digunakan atas perintah Muhammad bin Sabaktakin.
Keputusan penggunaan warga hitam dilakukan oleh Khalifah Al Ma’mun dari dinasti Abassiyah, yang risau dengan pergantian warna Kiswah setiap tahunnya yang merupakan tempat paling suci bagi umat Islam ini, dan tradisi tersebut berlaku sampai sekarang.
Sejak era Sultan Sulaiman yang memerintah Mesir pada sekitar tahun 1525-an sampai masa pemerintahan Muhammad Ali Pasya sekitar akhir tahun 1920-an Kiswah didatangkan dari Mesir bersama rombongan haji dari Mesir yang diketuai oleh seorang amirul hajj. Bahan pembuatan Kisah didatangkan dari Sudan, India, Mesir and Irak.
Pada perang dunia pertama, situasi keamanan yang memburuk membuat Kiswah dari Mesir datang terlambat.
Hal ini mendorong Raja Ibnu Saud membuat Kiswah sendiri, karena setiap 10 Zulhijjah, kiswah lama harus diganti baru. Setelah situasi keamanan pulih, Raja Farouq I dari Mesir kembali mengirimkan Kiswah ke Mekah, tetapi penguasa Saudi memutuskan membuat pabrik Kiswah sendiri pada 1927, dan begitulah sampai saat ini (Haramain Info/NU Online/IINA)
0 komentar:
Posting Komentar